Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang dalam suatu negeri. Sebagai contoh pada awal tahun 70-an harga 1 ekor kambing berkisar antara Rp. 8.000,- (delapan ribu rupiah), namun sekarang di tahun 2016 harga kambing terus naik sehingga nilai uang yang sama yaitu Rp. 8.000,- tidak akan sanggup lagi membeli 1 ekor kambing dan bahkan untuk membeli satu ekor ayampun tidak sanggup.
Mata uang yang terkena dampak inflasi tidak hanya uang Rupiah saja namun seluruh mata uang di dunia juga terkena. kita ambil contoh Dolar, pada tahun 1966 satu ekor kambing hanya seharga $ 4,8. Harga tersebut terus melambung hingga pada tahun 1997 satu ekor kambing meningkat menjadi $ 45 dan tahun 2012 harga kambing seharga $ 232.
Dalam Masyarakat Indonesia Mahar identik dgn simbol keagamaan atau kasih sayang. Biasanya seperangkat alat sholat, mushaf maupun beberapa gram perhiasan. Ada juga yang berupa uang yang angkanya disesuaikan dengan tanggal pernikahan.
Sebagai umat muslim alangkah baiknya tentang pemberian mahar ini kita mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam memberikan mahar kepada istri-istri beliau karena dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri teladan yang baik sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi :
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagimu; ialah bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari Qiamat dan ia banyak ingat menyebut Allah (Q.S. Al-Ahzab 21)
Dinar
Islam tidaklah sama dengan uang dinar Iraq, dimana dinar Iraq adalah
uang kertas biasa. Adapun Dinar disini adalah mata uang Islam berupa uang/koin emas 22 karat
seberat 4,25 gram. Uang emas ini selalu diidentikkan dengan kambing karena satu koin Dinar sejak jaman Rasulullah SAW hingga kini nilainya tidak pernah berubah yaitu selalu bisa membeli kambing.
Dirham adalah mata uang Islam yaitu koin perak murni dengan berat 2,975 gram. Uang perak ini selalu diidentikkan dengan ayam karena satu koin Dirham sejak 14 abad yang lalu hingga kini nilainya selalu setara dengan ayam tidak pernah terkena dampak inflasi (penurunan nilai mata uang).
Kesetaraan ini dapat kita lihat dari nasihat Khalifah Umar bin Khattab kepada sahabatnya tentang keuangan keluarga,
Pada tahun 2006 saya diangkat menjadi anggota Kepolisian di Daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan penghasilan pertama sekitar Rp. 1,2 juta perbulan. Setiap tahun gaji saya terus naik dan kini di tahun 2014 gaji saya sudah menjadi sekitar Rp. 3,6 juta. Namun dengan gaji 3 kali lipat dibandingkan tahun 2006 saya merasa tidak ada peningkatan kemakmuran selama 8 tahun saya bekerja. Hal ini karena setiap ada kenaikan gaji, harga-harga kebutuhanpun turut meningkat.
Habiburrahman El Shirazy yang lebih dikenal dengan panggilan Kang Abik adalah seorang dai, novelis dan penyair yang karya-karyanya sudah terkenal hingga keluar negeri. Namanya makin melambung ketika karya Novelnya berjudul "Ayat-Ayat Cinta" tampil di layar kaca.
Sebagai alumnus Al Azhar, Kairo, Kang Abik mengaku pernah
mempelajari sejarah Dinar dan Dirham dalam satu mata kuliah khusus. Secara fisik beliau juga memiliki Dinar dan Dirham yang beliau beli dari Wakala di Solo dan Yogya. Oleh karena itu, saat Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara (Distributor Dinar Emas dan Dirham Perak di Indonesia) bersilaturahmi dengan Kang Abik, beliau tidak terlalu asing dengan Dinar Emas maupun Dirham Perak.
Dinar Islam tidaklah sama dengan uang dinar Iraq, dimana dinar Iraq adalah uang kertas biasa sedangkan Dinar Islam adalah uang emas 22 karat seberat 4,25 gram. Untuk mengenal lebih jauh mengenai Dinar Islam berikut akan diuraikan mengenainya yang dipetik dari buku tulisan Muhaimin Iqbal berjudul, "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham".