Rabu, 23 November 2016

Dinar dan Dirham Kebal Inflasi


Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang dalam suatu negeri. Sebagai contoh pada awal tahun 70-an harga 1 ekor kambing berkisar antara Rp. 8.000,- (delapan ribu rupiah), namun sekarang di tahun 2016 harga kambing terus naik sehingga nilai uang yang sama yaitu Rp. 8.000,- tidak akan sanggup lagi membeli 1 ekor kambing dan bahkan untuk membeli satu ekor ayampun tidak sanggup.

Mata uang yang terkena dampak inflasi tidak hanya uang Rupiah saja namun seluruh mata uang di dunia juga terkena. kita ambil contoh Dolar, pada tahun 1966 satu ekor kambing hanya seharga $ 4,8. Harga tersebut terus melambung hingga pada tahun 1997 satu ekor kambing meningkat menjadi $ 45 dan tahun 2012 harga kambing seharga $ 232. 



Contoh lainnya adalah Uang Riyal yang merupakan mata uang nasional Saudi Arabia. 100 Riyal pada tahun 2011 bila dibelikan emas di Madinah atau Mekah akan memperoleh emas seberat 2,5 gram. Padahal tahun 1996 uang 100 Riyal yang sama mampu membeli sekitar 3 gram emas. Yang paling jelas terlihat saat membayar dam (denda) dengan membayar seekor kambing. pada tahun 1996 nilainya hanya dikisaran 140 Riyal, sedangkan tahun 2011 sudah berada dikisaran 300 Riyal per 1 ekor kambingnya. 

Namun diantara mata uang yang ada di dunia ternyata ada mata uang yang Islam yang disebutkan dalam Al Qur'an yang sejak jaman Rasulullah SAW hingga sekarang tidak pernah terkena imbas inflasi. Mata uang yang disebutkan Allah SWT dalam Al Qur'an tersebut adalah Dinar (emas) yang disebutkan di surat Ali Imron ayat 75 dan Dirham (perak) yang disebut di dua ayat yaitu di Surat Yusuf ayat 20 dan tepat di tengah-tengah Al-Qur’an di surat Al-Kahfi ayat 19. 
Koin Dinar & Dirham oleh PT. Antam
Dinar sendiri adalah uang koin emas 22 karat seberat 4,25 gram sedangkan Dirham adalah uang koin perak murni seberat 2,975 gram. Berbeda dengan seluruh mata uang yang ada saat ini yang secara berkala berkurang nilainya, mata uang dinar dan dirham sejak jaman Rasulullah SAW hingga kini selama lebih dari 1400 tahun nilainya tetap sama / stabil. Sejak jaman Rasulullah SAW hingga sekarang, 1 (satu) Dinar bisa membeli 1 (satu) ekor kambing dan 1 (satu) Dirham bisa membeli 1 (satu) ekor ayam. 

Kestabilan mata uang Dinar dapat kita lihat dari Hadits berikut :
”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari)


Dari hadits tersebut, kita bisa tahu bahwa harga pasaran kambing yang wajar di zaman Rasulullah, SAW adalah satu Dinar. Kesimpulan ini diambil dari fakta bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang sangat adil, tentu beliau tidak akan menyuruh ‘Urwah membeli kambing dengan uang yang kurang atau berlebihan. Fakta kedua adalah ketika ‘Urwah menjual salah satu kambing yang dibelinya, ia pun menjual dengan harga satu Dinar. Memang sebelumnya ‘Urwah berhasil membeli dua kambing dengan harga satu Dinar, ini karena kepandaian beliau berdagang sehingga ia dalam hadits tersebut didoakan secara khusus oleh Rasulullah, SAW. 

Apabila kita bandingkan dengan harga dinar emas saat ini (23 November 2016) berada dikisaran Rp. 2,130,816,- maka 1 koin dinar emas sekarang masih tetap bisa membeli 1 ekor kambing kualitas terbaik dibelahan dunia manapun. ini artinya selama 1.400 tahun lebih, dinar emas tidak terkena dampak inflasi. 

Kemudian kestabilan mata uang Dirham dapat kita lihat dari nasihat Umar Bin Khattab kepada sahabatnya tentang keuangan keluarga sebagai berikut :
"Jangan kalian makan telur, sebab jika salah seorang diantara kalian makan telur, maka sekali makan telur itu sudah habis. Akan tetapi, jika telur itu ditetaskan dan dipelihara akan melahirkan seekor ayam, hingga bisa dijual seharga satu Dirham." 


Dari riwayat ini diperoleh informasi bahwa pada tahun 640-an M, harga seekor ayam di Madinah adalah satu Dirham. Hari ini (23 Novembe 2016) harga satu Dirham berada disikaran Rp 65,339,- . dengan nilai tersebut saat, meski telah berumur lebih dari 1400 tahun lebih mata uang dirham perak tidak terkena dampak inflasi. 

Dari uraian tersebut di atas, dapat kita ambil pelajaran dimana meskipun mata uang yang berlaku dan kita gunakan di Indonesia adalah Rupiah yang nilai atau daya belinya turun terus-menerus, maka kita juga perlu memikirkan suatu metode yang dapat memproteksi hasil jerih payah kita terutama untuk jangka panjang agar tidak tergerus inflasi dengan mengubahnya menjadi aset riil seperti emas (bisa juga dengan Dinar), tanah, rumah, ternak, tanaman, dlsb.

Tidak ada komentar: